Saat mengunggah dekrit tersebut, profil media sosial yang terhubung dengan Uskup Agung Viganò mengaitkan hal berikut dengan mantan nuncio tersebut: “Saya menganggap tuduhan terhadap saya suatu kehormatan,” dan menyebut Konsili Vatikan Kedua sebagai “kanker ideologis, teologis, moral, dan liturgi.” yang mana “Gereja Sinode” merupakan sebuah “metastasis.”
Mengomentari masalah ini, tulis vaticannews.va, Kardinal Sekretaris Negara Pietro Parolin mengatakan, “Uskup Agung Viganò telah mengambil beberapa sikap dan tindakan yang harus dia pertanggungjawabkan.”
Kardinal Parolin yang saat itu berbicara di sela-sela konferensi di Universitas Kepausan Urbanian, menjelaskan bahwa mantan duta besar itu (Uskup Agung Viganó, red) akan diberikan kesempatan untuk membela diri.
Merefleksikan pengalaman sebelumnya bekerja dengan Uskup Agung Viganò, Kardinal Parolin mengatakan kepada wartawan, “Saya sangat menyesal karena saya selalu menghargai dia sebagai pekerja yang hebat, sangat setia kepada Tahta Suci, seseorang yang – dalam arti tertentu – juga merupakan teladan. Ketika dia menjadi nuncio apostolik dia melakukan pekerjaan yang baik.”
“Saya tidak tahu apa yang terjadi,” katanya menyimpulkan.
Pernyataan Uskup Agung Carlo Maria Viganó mengenai tuduhan perpecahan
Uskup Agung Carlo Maria Viganó, sesuai dekrit panggilan terhadap dirinya harus juga membuat pembelaan tertulis. Maka sesuai waktu yang ditentukan, Viganó membuat pembelaannya sebagaimana diterbitkan exsurgedomine.it, pada Jumat (28/6/2024) lalu.
Berikut beberapa pernyataan Uskup Agung Viganó. Selengkapnya bisa dibaca pada link ini.
“…Sebagaimana saya nyatakan dalam Komunike saya tanggal 20 Juni, saya tidak mengakui kewenangan pengadilan yang mengklaim mengadili saya, atau Prefeknya, atau orang yang menunjuknya. Keputusan saya ini, yang tentunya menyakitkan, bukanlah hasil dari ketergesaan atau semangat pemberontakan; melainkan ditentukan oleh kebutuhan moral yang, sebagai Uskup dan Penerus Para Rasul, mewajibkan saya dalam hati nurani untuk memberikan kesaksian tentang Kebenaran, yaitu tentang Allah sendiri, tentang Tuhan kita Yesus Kristus…”
“…Saya menghadapi cobaan ini dengan tekad yang muncul karena mengetahui bahwa saya tidak punya alasan untuk menganggap diri saya terpisah dari persekutuan dengan Gereja Suci dan Kepausan, yang selalu saya layani dengan pengabdian dan kesetiaan. Saya tidak dapat membayangkan satu momen pun dalam hidup saya di luar Bahtera keselamatan ini, yang telah ditetapkan oleh Penyelenggaraan sebagai Tubuh Mistik Kristus, dalam ketundukan kepada Kepala Ilahi dan Wakil-Nya di bumi…”
“…Kepada umat Katolik, yang saat ini merasa tersinggung dan bingung oleh hal-hal baru dan doktrin-doktrin palsu yang dipromosikan dan dipaksakan oleh Hierarki yang memberontak terhadap Guru Ilahi, saya meminta Anda untuk berdoa dan mempersembahkan pengorbanan dan puasa Anda “pro libertate et exaltatione Sanctæ Matris Ecclesiæ,” (untuk kebebasan dan pemuliaan Bunda Gereja Kudus) agar Bunda Gereja Kudus dapat menemukan kebebasannya dan kemenangan bersama Kristus, setelah masa sengsara ini. Semoga mereka yang telah memiliki Rahmat untuk dimasukkan ke dalam diri-Nya dalam Pembaptisan tidak meninggalkan Ibu mereka yang saat ini terbaring bersujud dan menderita: tempora bona veniant, pax Christi veniat, regnum Christi veniat (biarlah masa-masa indah datang, biarlah damai sejahtera Kristus datang, biarlah kerajaan Kristus datang)…” (Red)
Source: vaticannews.va dan exsurgedomine.it
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.