Gembala Tuhan Itu Telah Pergi: Sebuah Kisah Reflektif!

Avatar photo
Reporter : Kaka Editor: Kaka
Gembala Tuhan Rm. Yoseph Meak, Pr bersama Keluarga Yonathas Seran Suri. Photo: Istimewa.
Gembala Tuhan Rm. Yoseph Meak, Pr bersama Keluarga Yonathas Seran Suri. Photo: Istimewa.

Betun, gardamalaka.comSeminari adalah lembaga pendidikan bagi calon imam (pastor) Katolik. Setiap laki-laki Katolik yang ingin menjadi Gembala Tuhan harus menempuh pendidikan di seminari.

Seminari berasal dari kata bahasa Latin “Seminarium” yang terbentuk dari kata dasar “semen”, artinya benih. Sehingga secara Leksikal, Seminari berarti tempat penyemaian benih. Artinya, benih panggilan rohani yang ada pada seseorang, disemaikan dengan pendidikan di Seminari. Seseorang yang menempuh pendidikan di Seminari disebut Seminaris.

Berikut adalah kisah dan kesaksian Yonathas Seran Suri, S.Pd., M.Pd tentang Gembala Tuhan (Imam Katolik) dan Guru dari Seminari Lalian: Rm. Yoseph Meak, Pr.

Kisah Bersama Sang Gembala Tuhan

Tahun 2000-2004 saya (Yonathas Seran Suri alias Jhon, red) mengenyam pendidikan di Seminari Lalian, Atambua, Belu.

Baca Juga :  Aliansi Masyarakat NTT Menggugat, Fritz Tuntut Copot Kapolda NTT Buntut Seleksi Catar Akpol 2024

Romo Yoseph yang adalah seorang Guru di Seminari Lalian. Dia mengajar saya dan teman-teman seangkatan Mata Pelajaran Liturgi.

Selain itu, tugasnya adalah sebagai Ekonom, yaitu bendahara yang mengatur keuangan Seminari Lalian.

Masih saya ingat baik, selama Romo Yoseph menjadi Ekonom, pola makan kami berubah baik dengan cita rasa ikan segar, sayur dan daging.

Hal itu membuat kami makin semangat belajar dan berdoa, dengan cita-cita dan harapan boleh menjadi Gembala Tuhan (Imam) yang baik kelak.

Cita-cita saya akhirnya kandas di rerumputan. Dari angkatan Emas (angkatan ke-50) Seminari Lalian yang berjumlah 153 orang, hanya 12 orang yang menjadi Imam Katolik.

Singkat kisah, saya memilih jalan awam. Dan selang beberapa tahun saya pun kuliah lalu diwisuda.

Baca Juga :  Duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan Teks Proklamasi Dikirab ke Istana Negara IKN, Peringatan HUT ke-79 RI akan Digelar Meriah

Saya bertemu kembali dengan Romo Yoseph saat beliau menjabat Pastor Paroki Bolan, Malaka. Kisah kebersamaan kami mulai terjalin lagi.

Pada tahun 2012 saya menjadi Ketua Panitia dalam suatu event sepak bola di kampung saya. Event itu dikenal sebagai Aintasi Cup.

Jujur saya jarang masuk gereja pasca keluar seminari. Nah, suatu sore, saat saya sedang di lapangan sepak bola, beliau memanggil saya dari pastoran (rumah tempat tinggal pastor, red).

Dengan nada yang lembut Romo Yoseph berkata: “Tolong bantu saya jadi pengurus gereja”.

Lalu saya menjawab: “Romo, saya masih muda, belum berkeluarga, apa saya layak?”

Romo Yoseph lalu menyambung: “Tuhan memerlukanmu, Jhon!”.

Baca Juga :  Tepati Janji, Penasihat Hukum GEMMA Serahkan 50 Unit Kursi

Tanpa basa-basi saya pun menyanggupi, hingga akhirnya menerima mandat sebagai Pengurus Gereja alias Dewan Pastoral Paroki (DPP) hingga saat ini.

Disclaimer:
Artikel Ini Merupakan Kerja Sama GardaMalaka.Com Dengan Kaka. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Kaka.

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.