Pilkada Malaka dan Kemenangan SN-KT (Sebuah Tulisan Lepas Pasca Pilkada)*

GARDAMALAKA.COM – Pilkada Malaka kali ini adalah sayembara politik yang kedua, usai mekar dari Kabupaten Belu.

Menghitung usia, pesta demokrasi Malaka belum seberapa usianya, bahkan belum sampai usia remaja. Mungkin ini salah satu alasan Pilkada Malaka barusan sangat panas dan  banyak orang luar Malaka merasa pesimis dengan masa depan Malaka.

Tidak bisa dipelak kalau sempat terjadi beberapa kali gesekan karena suhu kompetesi politik yang panas ini. Tapi warga Malaka membuktikan, di depan semua mata yang pesimis, semua bibir yang mencela mungkin, semua dahi yang mengerut, bahwa pesta demokrasi Malaka berlangsung baik hingga selesai.

Anak-anak, kaum muda, orang tua, menari-nari merayakan penyelanggaraan pesta demokrasi tahun ini tanpa sedikit pun takut nyawa mereka dapat tercabut. Saya mau bilang, tarian warga Malaka yang diupload via beberapa video yang saya tonton bukan hanya karena jagoannya menang, tapi karena pestanya berhasil dirayakan sampai selesai dan rakyat adalah pemenangnya.

Menyimak dan membaca berjalannya Pilkada Malaka sampai pada tahap sekarang, Pilkada Malaka menampilkan pesan kuat bahwa demokrasi Indonesia justru berjalan baik pada masyakarat akar rumput yang memilih dengan nurani, mendukung dengan seluruh kepunyaan tanpa mengharapkan balasan kursi jabatan.

Kalau kita lari sebentar ke pemilu level nasional dan di kota besar, sering kita jumpai Pilkada yang sarat dengan manuver curang dan kadang “jahat” yang selalu menang. Warga pemilih diperhadapkan dengan situasi untuk sulit mendefinisikan paslon yang baik.

Tapi justru di sebuah kota kecil di batas Timur Indonesia, di pelosok Nusantara, Malaka, justru perhelatan politik berjalan baik karena siapa yang baik dan benar terdefinisikan dengan jelas, kelihatan.

Warga memilih sosok yang memang mereka yakin secara etis dan kompetensi mampu memikul kepercayaan mereka.

Pilkada Malaka menunjukkan rasa tradisionalitas, rasionalitas dan nurani masih mumpuni untuk memenangkan kompetisi politik, bukan uang atau kekuasaan. Pilkada Malaka menunjukkan kekuasaan ada pada konstituen, warga kecil, bukan jaringan relasi kekuasaan dengan topangan fulus.

Pilkada Malaka dengan kemenangan paket SN-KT pasti pukulan telak atas arogansi oligarki yang mengklaim bisa memenangkan apapun dengan uang dan kekuasaan. Padahal kemenangan ada pada masyarakat: akal dan  nurani warga, makna sejati demokrasi.

Bagi saya, Pilkada Malaka kali ini  bukti suara rakyat kecil belum sepenuhnya dibungkam di republik ini. Rasionalitas dan nurani belum tergeserkan dari posisi sebagai alat untuk memilih.

Saya sangat yakin banyak pihak yang akan belajar memetik pesan reflektif dari Pilkada Malaka ini.

Sisi lain dari Pilkada Malaka yang ingin saya uraikan disini adalah soal selebrasi masyarakat. Karena itu, saya menyebut Pilkada Malaka dalam Pilkada serentak kali ini paling ganjil.

Keganjilan itu tampak dalam selebrasi warga yang sangat ekstrim, melebihi gegap gempita selebrasi kemenangan Joe Biden-Kamala Harris di USA: warga kecil, di perkampungan menari di sepanjang jalan, menari dengan mengeluarkan celana atau baju, tetangga berkelahi, bahkan kakak-adik kandung saling bergesekan atau satu rumpun keluarga besar bisa saling tidak bicara karena beda pilihan politik.

Kalau gesekan fisik terjadi selama kampanye, itu normal. Karena yang kuat bisa mendulang simpati warga dan menang. Namun menariknya saling ejek ekstrim terjadi Pasca Pilkada tatkala pemenangnya sudah hampir kelihatan jelas, meskipun masih sampai pada tahapan pleno di tingkat Kecamatan.

Kembali ke selebrasi. Selebrasi unik warga ini bisa mengindikasikan beberapa hal.

Pertama, ekspresi amarah dendam membara karena lama dipimpin oleh rezim yang dalam pikiran reflektif mereka represif.

Kedua, ekspresi kebahagiaan yang meluap-luap karena kemenangan SN-KT adalah kemenangan warga akar rumput, bukan partai atau kapital seorang SN-KT.

Kendaraan politik SN-KT bukanlah partai-partai besar tapi partai-partai kecil yang baru lahir kemarin, paling-paling PKB yang sudah cukup berpengalaman.

Dengan demikian jelas, kemenangan SN-KT tentu bukan terutama karena partai pendukung memiliki masa banyak, bukan karena SN-KT adalah orang-orang berduit, tapi karena warga mendukung paket ini seluruh dirinya.

Mereka memberi SN-KT apapun yang mereka punya, memberi dari kekurangan mereka. Tarian warga dengan ritmis sampai ‘erotis’ adalah pengejawantahan air mata bahagia, artikulasi kebahagiaan karena suara hati banyak orang Malaka masih bertaji, keringat darah dan taruhan nyawa warga tidak sia-sia.

Dengan lain kata, tarian warga hingga selebrasi adu jotos adalah perayaan kemenangan dan kebahagiaan, bukan kebencian.

Ekspresi diri warga kampung selalu telanjang, transparan, tidak terselubung seperti orang berduit yang bisa merias diri dan bermain drama.

Pilkada Malaka tidak lain adalah kemenangan warga akar rumput yang berakal yang dirayakan dengan tarian ritmis-erotis tradisional.

Di akhir tulisan sederhana ini, saya mengutip pidato kemenangan Joe Biden beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu, Biden menyinggung tentang kecemasan warga USA soal perpecahan usai Pilpres USA.

Menurutnya, meski ada pandangan berbeda dalam Pilpres, sebagai warga USA sejati tidak perlu memperlakukan orang yang berbeda pandangannya sebagai musuh.

“Kami bukan musuh. Apa yang menyatukan kita sebagai orang Amerika jauh lebih kuat daripada apa pun sehingga mereka dapat memisahkan kita. Sudah waktunya bagi kita untuk melakukan apa yang selalu kita lakukan sebagai orang Amerika, untuk melupakan retorika keras kampanye, menurunkan suhu, bertemu lagi, saling mendengarkan, mendengar satu sama lain lagi dan menghormati dan peduli satu sama lain. Bersatu, menyembuhkan, bersatu sebagai bangsa,” kata Biden.

Pesan Biden ini rasa-rasanya tepat sebagai sebuah ketukan awal untuk memulai rekonsiliasi politik pasca Pilkada di Malaka.

Cukup dulu. Kita sambung nanti. Mari seruput kopinya sambil ditemani akabilan dan tubi ramas ala pasar loro-loron Besikama.

*Penulis: Doddy Sasi
(Anak Desa Umatoos, tinggal di Roma, Italia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here