
BETUN, GARDAMALAKA.COM – Simon Nahak, Calon Bupati Malaka mengunjungi ibundanya di Desa Weulun Kecamatan Wewiku, Kamis (24/9/2020) usai menerima nomor undian urut satu sebagai kontestan dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Malaka tahun 2020.
Kunjungan Simon pada ibundanya merupakan ungkapan cinta, kasih dan sayang yang tak berkesudahan. Perjuangan tanpa doa restu seorang Ibu hanya akan menjadikan hidup ibarat tong kosong yang nyaring bunyinya, alias banyak omong tapi tak punya arti apa-apa.
Kunjungan tersebut menegaskan bahwa Simon Nahak bukanlah sosok pelupa jasa seorang ibu. Ia tegas dalam prinsip, santun dalam bertindak. Ia menjunjung tinggi nilai-nilai budaya ‘Rai Malaka’.
‘Hakneter malu no haktaek malu’ adalah filosofi hidup yang terus bergema dalam diri Dr. Simon Nahak. Sebab, hakikat hidup yang hakiki adalah saling menghormati, menghargai satu dengan yang lain, terutama kepada orang yang lebih tua.
Peristiwa Simon mengunjungi ibundanya merupakan tanda dari hakikat hidup itu, dan menjadi bukti yang terpancar sampai wajah-wajah ‘renu Rai Malaka’. Memang, kunjungannya terlihat sangat singkat, namun hatinya tak pernah sesingkat itu.
Kesederhanaan ibundanya nampak terlihat dalam diri putranya Dr. Simon Nahak, S.H, M.H, yang adalah salah satu sosok terkuat calon Bupati Malaka pada perhelatan pilkada serentak tahun 2020.
Bangunan rumah tempat tinggal ibundanya terlihat sederhana, bercat biru laut dan langit, dengan model rumah panggung yang tidak berbeda jauh dengan kekhasan rumah-rumah adat di Kabupaten Malaka.
Terlahir dari keluarga sederhana itulah, Simon Nahak berjuang di rantaun orang, dan berhasil meraih banyak karir.
Ibunda Dr. Simon Nahak sontak kaget penuh keheran-heranan karena puteranya tiba di depan rumah tidak sendirian. Kehadirannya kembali di rumah ibunya sebagai tanda ungkapan terima kasih yang tak berkesudahan.
Kesederhanaan dari seorang ibu nampak tajam dalam diri Dr. Simon Nahak, S.H, M.H. Bagi Simon, ibu adalah doa tanpa barisan kata-kata; laksana lautan samudera mahaluas yang tak pernah kering dan langit biru yang tak pernah jatuh.
Sebagai rasa syukur dan doa ibundanya, meskipun telah sukses di tanah rantau, Ia kembali ke ‘Rai Malaka’, tanah leluhurnya. Simon tidak mau, dan tidak ingin melihat Rai Malaka ketinggalan dan kalah bersaing dengan kota-kota metropolitan.
Simon tidak ingin melihat masyarakat di Kabupaten Malaka terus meneteskan air mata panjang karena penderitaan. “Biarkanlah derita seharian cukuplah seharian”.
Itulah yang menjadi kekuatan untuk berjuang bersama, bekerja bersama seluruh masyarakat di Kabupaten Malaka demi mencapai keadilan dan kesejahteraan. (YS/Red).
[…] GARDAMALAKA: Simon Nahak Kunjungi Ibundanya Usai Dapat Undian Nomor Urut Satu […]