Sumber: Gema Pasionis

PUISI: “Pilu Di Getsemani”

(Kondradus Yohanes Klau)

Kulihat Engkau rapuh di Getsemani, saat Diri-Mu harus tunduk pada Perintah Bapa. Kurasakan pilu selimuti hati-Mu suci, saat hidup-Mu harus Kau korbankan demi manusia.

Peluh darah mengucur deras, pertanda waktu-Mu telah tiba. Engkau pun harus menaklukkan cemas, saat Kau berdoa serahkan diri pada Bapa.

“Bapa, sekiranya Engkau mau, ambillah cawan ini dari-Ku. Namun, bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu terjadilah.”

Itulah doa kepasrahan-Mu, yang Kau ungkap dari relung hati terdalam. Tetapi Engkau tahu, kehendak Bapa adalah segalanya. Semua itu karena kecintaan Bapa melalui Dikau kepada manusia.

Getsemani pun menjadi saksi bisu, kala tangan-tangan berdosa datang meraih kudus tubuh-Mu. Taman doa sunyi adalah teman-Mu, kala tiba waktu Kau harus tanggung derita pilu.

“Bangunlah, waktu-Ku sudah tiba. Tidakkah engkau bersabar temani Aku? Orang yang mengkhianati Aku sudah dekat. Bangunlah!”

Sekiranya itu kata-kata dari-Mu, di saat para murid-Mu tak bisa bertahan. Sekiranya itulah cara-Mu, peringatkan kami yang sering lupa ada bersama-Mu.

Kami tahu, ratapan hati tak mampu membayar, Engkau rela serahkan diri dan nyawa. Raungan mulut tak mampu menukar, Engkau pasrah pada kehendak Bapa.

Tuhan Yesus, tangis pilu di Getsemani sesungguhnya harus menjadi tangis kami. Namun itu Kau tunjukkan sebagai simbol kami manusia lemah yang tak paham rahasia surgawi.

Maka ampunilah kami yang sering tak setia menemani-Mu. Hingga Kau harus rela dipermainkan tangan-tangan pendosa.

Ampunilah kami, ya Tuhan yang tak paham pilu Getsemani demi keagungan di puncak Golgota serta kemuliaan kebangkitan yang ‘kan kami temui di Galilea. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here